laporan pengukuran dasar
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat
yang tidak bleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat
penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagain fenomena yang sedang
dipelajari. Mengapa demikian ?
Sebelumnya ada baiknya jika kit mengingat definisi
pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk
mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara kuantitatif, dan jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka
pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh
data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk
krakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka
dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan
pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut.
Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat
kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam
fisika.
B. Tujuan Praktikum
Dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan bahwa
mahasiswa dapat dengan mudah mempergunakan beberapa alat untuk mengukur. Dengan
tidak hanya mengetahui namanya saja namun juga mempergunakan dan
merepresentasikan data-data yang terukur dalam sebuah format laporan yang
sesuai.
Sebagai satu hahil keluaran yang dapat
dipresentasikan dengan baik merupakan tujuan berikutnya dimana mahasiswa dapat
menentukan volume dan jenis beberapa zat padat. Hingga akhirnya presentasi
format percobaan yang dilakukan dapat dipastikan sesuai atau bahkan jauh
melenceng dari teori yang ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Besaran
dan Satuan
Besaran dalam
fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat
digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI)
merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang
berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu
besaran pokok dan besaran turunan. (Setya, 2009)
1.
Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah
ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh
besaran pokok dalam sistem Satuan Internasional yaitu Panjang, Massa, Waktu,
Suhu, Kuat Arus, Jumlah molekul, Intensitas Cahaya.
Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan
jarak antar ujung. Panjang dapat dibagi menjadi tinggi, yaitu jarak vertikal,
serta lebar, yaitu jarak dari satu sisi ke sisi yang lain, diukur pada sudut
tegak lurus terhadap panjang benda. Dalam ilmu fisika dan teknik, kata
“panjang” biasanya digunakan secara sinonim dengan “jarak”, dengan simbol “l”
atau “L” (singkatan dari bahasa Inggris length).
Massa adalah sifat fisika dari suatu benda, yang
secara umum dapat digunakan untuk mengukur banyaknya materi yang terdapat dalam
suatu benda. Massa merupakan konsep utama dalam mekanika klasik dan subyek lain
yang berhubungan.
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)
adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau
berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah
keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Tiap
masyarakat memilki pandangan yang relatif berbeda tentang waktu yang mereka
jalani. Sebagai contoh: masyarakat Barat melihat waktu sebagai sebuah garis
lurus (linier). Konsep garis lurus tentang waktu diikuti dengan terbentuknya
konsep tentang urutan kejadian. Dengan kata lain sejarah manusia dilihat
sebagai sebuah proses perjalanan dalam sebuah garis waktu sejak zaman dulu,
zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Berbeda dengan masyarakat Barat,
masysrakat Hindu melihat waktu sebagai sebuah siklus yang terus berulang tanpa
akhir.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya,
semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap
atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi
atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang
mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau
penghantar listrik lainnya. Pada zaman dulu, Arus konvensional didefinisikan
sebagai aliran muatan positif, sekalipun kita sekarang tahu bahwa arus listrik
itu dihasilkan dari aliran elektron yang bermuatan negatif ke arah yang
sebaliknya. (Setya, 2009)
2.
Besaran
Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya
diturunkan dari besaran pokok atau besaran yang didapat dari penggabungan
besaran-besaran pokok. Contoh besaran turunan adalah Berat, Luas, Volume,
Kecepatan, Percepatan, Massa Jenis, Berat jenis, Gaya, Usaha, Daya, Tekanan,
Energi Kinetik, Energi Potensial, Momentum, Impuls, Momen inersia, dll. Dalam
fisika, selain tujuh besaran pokok yang disebutkan di atas, lainnya merupakan
besaran turunan. Besaran Turunan selengkapnya akan dipelajari pada
masing-masing pokok bahasan dalam pelajaran fisika.
Untuk lebih memperjelas pengertian besaran turunan,
perhatikan beberapa besaran turunan yang satuannya diturunkan dari satuan
besaran pokok berikut ini.
Luas
= panjang x lebar
= besaran panjang x besaran panjang
= m x m
= m2
Volume
= panjang x lebar x tinggi
= besaran panjang x besaran panjang x
besaran Panjang
=
m x m x m
= m3
Kecepatan
= jarak / waktu
= besaran panjang / besaran waktu
= m / s
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam
fisika, kita biasanya melakukan pengamatan yang disertai dengan pengukuran.
Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak disertai data
kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli
fisika berkata, bila kita dapat mengukur yang sedang kita bicarakan dan
menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita mengetahui apa yang sedang kita
bicarakan itu.
3.
Jangka
Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya
dapat mencapai seperseratus millimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam
dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian
dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi
dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05 mm untuk jangka sorong dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.
Kegunaan jangka sorong ini adalah:
1.
Untuk mengukur suatu benda dari sisi
luar dengan cara diapit
2.
Untuntu mengukur sisi dalam suatu benda yang
biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diukur.
3.
Untuk mengukur kedalaman celah/lubang
pada suatu benda dengan cara “menancapkan/menusukkan” bagian pengukur tidak
terlihat pada gambar karena berada pada sisi pemegang. (Setya, 2009)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Pengukuran Dasar
dilakukan pada hari senin, tanggal 6 Desember 2011, berlangsung dari pukul
10.00 s/d 12.00 WIB di Laboratorium Fisika Dasar Fakutas Pertanian Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian.
B. Alat dan Bahan
a. Mistar
besi g.
Gelas ukur
b. Jangka
sorong h.
Wadah silinder
c. Neraca
digital i.
Termometer
d. Stop
watch j.
Pipa
e. Balok j.
Air
f. Gelas
ukur k. Kaleng
C. Cara Kerja
a.
Pengukuran
dengan jangka sorong
1. Diambil
sebuah pipa, kemudian ukurlah diameter pipa bagian dalam dan luar pipa
tersebut, lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
2. Diukur
dengan menggunakan mistar besi dan lakukan pengulangan sebanyak 3 kali
3. Dibandingkan
hasil pengukuran dengan menggunakan mistar dan jangka sorong berdasarkan
kesalahan mutlaknya.
b.
Pengukuran
dengan menggunakan timbangan
1. Ditentukan
nst timbangan, kemudian
2. Diambilah
sebuah balok, lalu diletakkan pada landasan beban timbangan.
3. Diukurkanlah
berapa massa balok tersebut, pengulangan dilakukan selama 3 kali.
c.
Pengukuran
dengan stop watch
1. tentukan
nst stop watch
2. Disetlah
stop watch pada posisi nol, kemudian set posisi jarum pada jam tangan.
3. Disaat
jarum mulai bergerak dari posisi yang telah diset, stopwatch dihidupkan.
Kemudian bandinglah nilai terbaca pada stopwatch dengan lamanya waktu yang
telah diset pada jam tangan selama 1 menit. Lakukan pengulangan sebanyak 5
kali.
d.
Pengukuran
dengan gelas ukur
1. Dikurkanlah
dimensi kaleng, kemudian masukkan air didalam kaleng tersebut, hitung volume
air dalam kaleng dengan menggunakan rumus volume silinder. Kemudian air yang
sama dimasukkan dengan gelas ukur.
2. Dibandingkanlah
volume air yang ada di kaleng dan gelas ukur. Pengulangan dilakukan sebanyak 3
kali.
IV. HASIL DAN PENGAMATAN
A. Data Hasil Pengamatan
1.
Pengukuran
menggunakn jngka sorong (nst = 0,05 mm)
Table
1. pengukuran diameter luar pipa.
No
|
Ulangan
|
Data
(mm)
|
(x - x)
|
(x – x)2
|
1
|
X1
|
68
|
2,7
|
7,29
|
2
|
X2
|
66
|
0,7
|
0,29
|
3
|
X3
|
62
|
-3,3
|
10,89
|
n
=
3
|
∑x
|
196
|
∑(x – x)2=
18,67
|
|
x
|
65,3
|
Table
2. pengukuran diameter dalam pipa
No
|
Ulangan
|
Data
(mm)
|
(x –
x)
|
(x –
x)2
|
1
|
X1
|
62
|
2,7
|
7,29
|
2
|
X2
|
56
|
-3,3
|
10,89
|
3
|
X3
|
60
|
0,7
|
0,49
|
n = 3
|
∑x
|
178
|
∑(x – x)2=
18,67
|
|
x
|
59,3
|
2.
Pengukuran
menggunakan mistar besi (nst = 1 mm)
Table 3. pengukuran
diameter luar pipa
No
|
Ulangan
|
Data (mm)
|
(x – x)
|
(x – x)2
|
1
|
X1
|
5,5
|
-0,03
|
0,0009
|
2
|
X2
|
5,5
|
-0,03
|
0,0009
|
3
|
X3
|
5,6
|
0,07
|
0,0049
|
n
= 3
|
∑x
|
16,6
|
∑(x – x)2=
0,0067
|
|
x
|
5,53
|
Tabel.4. pengukuran diameter dalam pipa
No
|
Ulangan
|
Data (mm)
|
(x – x)
|
(x – x)2
|
1
|
X1
|
4,7
|
-0,06
|
0,0036
|
2
|
X2
|
4,9
|
0,14
|
0,0196
|
3
|
X3
|
4,7
|
-0,06
|
0,0036
|
n = 3
|
∑x
|
14,3
|
∑(x – x)2=
0,0268
|
|
x
|
4,76
|
3.
Pengukuran
menggunakan timbangan digital kitchen
scale (nst = ~ gram)
Table 4. pengukuran massa balok
kayu
No
|
Ulangan
|
Data
(gram)
|
ket
|
1
|
X1
|
90
|
-
|
2
|
X2
|
90
|
-
|
3
|
X3
|
90
|
-
|
n = 3
|
∑x
|
270
|
-
|
x
|
90
|
-
|
4.
Pengukuran
menggunakan stopwatch (nst= ~ milidetik)
Tabel 6. Pengukuran waktu menggunakan
stopwatch
No
|
Waktu
|
Ulangan
|
Data (Detik)
|
Ket
|
|
stopwatch
|
Jam
|
||||
1
|
1 Menit
|
X1
|
59
|
60
|
-
|
2
|
X2
|
60
|
60
|
-
|
|
3
|
X3
|
60
|
60
|
-
|
5.
Pengukuran
menggunakan gelas ukur (nst = 5 ml)
Tabel 7. Pengukuran volume wadah
silinder
No
|
Ulangan
|
Data (ml)
|
Ket
|
1
|
X1
|
265
|
|
2
|
X2
|
265
|
|
3
|
X3
|
260
|
|
n = 3
|
790
|
||
x
|
263,3
|
B. Analisis Data
1.
Pengukuran
menggunakan jangka sorong (nst =0,02 mm)
Pengukuran
diameter luar pipa:
Ulangan 1:
Kesalahan mutlak (Δx) = = = =1,10 mm
Kesalahan relatif X1
= Δx/X1
=
= 0,016
Kesalahan persen X1 =(Δx/X1)
x 100% = (0,0161) x 100% = 1,61%
Kesalahan ketelitian X1 = (1 -
Δx/X1) x 100%
= (1 – 0,0161)
x 100%
=
0,9839 x 100 %
= 98,39
%
Ulangan
2:
Kesalahan mutlak :
(Δx) = hasilnya = 0,285
Kesalahan relatif : 𝑥2
=
Δx/𝑥2 hasilnya = 0,004%
Kesalahan persen : 𝑥2 = (Δx/𝑥2 )
x 100% hasilnya
= 99,6%
Kesalahan ketelitian :
𝑥2
= (1 - Δx/𝑥2
)
x 100% hasilnya = 0,4%
Ulangan
3 :
Kesalahan mutlak : (Δx)
= hasilnya =
1,34
Kesalahan relatif
: 𝑥3 = Δx/𝑥3 hasilnya = 0,02
Kesalahan persen : 𝑥3 = (𝑥3)
x 100%
hasilnya = 2 %
Kesalahan ketelitian : 𝑥3 = (1 - Δx/𝑥3)
x 100%
hasilnya = 98%
Hasil pengukuran xx + Δx
= 68 mm + 1,10 mm = 69,1 mm
Pengukuran dalam diameter pipa :
Kesalahan mutlak (Δx)
= = = = = = 1,10 mm
Lesalahan relatif 𝑥1
= = = 0,017
Kesalahan persen 𝑥1 =
x 100 % = 0,017 x 100% = 1,7
Kesalahan ketelitian 𝑥1 =
1- x 100% = 1 - 0,017 x 100% = 0,983 x 100% =
98,3%
Ulangan
2 :
Kesalahan mutlak (Δx) = hasilnya = 1,34 mm
Kesalahan relatif 𝑥2
= Δx/ 𝑥2
hasilnya
= 0,023 mm
Kesalahan persen 𝑥2
=
(Δx/ 𝑥2)
x 100% hasilnya = 2,3%
Kesalahan ketelitian 𝑥2 =
(1 - Δx/ 𝑥2)
x 100% hasilnya = 97,7%
Ulangan
3 :
Kesalahan mutlak (Δx)
= hasilnya
= 0,81mm
Kesalahan relative 𝑥3 = Δx/ 𝑥3
hasilnya =
0,0135 mm
Kesalahan persen
𝑥3 = (Δx/ 𝑥3)
x 100% hasilnya = 135%
Kesalahan ketelitian 𝑥3 = (1 - Δx/ 𝑥3)
x 100% Hasilnya = 98,65%
Hasil
pengukuran xx + Δx
= 62 mm + 1,10mm = 63,1 mm.
2.
Pengukuran
menggunakan mistar besi (nst = 1 mm)
Pengukuran diameter luar pipa:
Ulangan
1
Kesalahan mutlak
(Δx) = = = = =
= 0,012 mm
Kesalahn relatif 𝑥1
= Δx/ 𝑥1
=
= 0,002 mm
Kesalahan persen 𝑥1 = (Δx/𝑥2)
x 100% = 0,002 x 100% = 0,2%
Kesalahn
ketelitian = (1 - Δx/𝑥2)
x 100% = (1 – 0,002) x 100%
= 0,998 x 100% = 99,8%
Ulangan
2
Kesalahan
mutlak (Δx) = hasilnya
= 0,012 mm
Kesalahn
relatif 𝑥2
= Δx/
𝑥2 hasilnya
= 0,002 mm
Kesalahan persen 𝑥2 = (Δx/𝑥2)
x 100% hasilnya
= 0,2 %
Kesalahn
ketelitian 𝑥2
= (1 - Δx/𝑥2)
x 100% hasilnya =99,8 %
Ulangan 3
Kesalahan
mutlak (Δx) = hasilnya
= 0,09 mm
Kesalahn
relatif 𝑥3
= Δx/
𝑥3 hasilnya
= 0,0160 mm
Kesalahan persen 𝑥3 = (Δx/𝑥3)
x 100% hasilnya
= 1,60%
Kesalahn
ketelitian 𝑥3
= (1 - Δx/𝑥3)
x 100% hasilnya = 98,4%
Hasil pengukuran xx + Δx
= mm + 0,012
mm
= 5,512 mm
Pengukuran diameter dalam pipa:
Ulangan 1
Kesalahan mutlak
(Δx) = = = = =
= 0,024 mm
Kesalahn relatif 𝑥1
= Δx/ 𝑥1
=
= 0,00521 mm
Kesalahan persen 𝑥1 =
(Δx/𝑥1)
x 100% = 0,00521 x 100% = 0,520%
Kesalahn
ketelitian 𝑥1
= (1 - Δx/𝑥1)
x 100% = (1 – 0,9947) x 100% = 99,47%
Ulangan
2
Kesalahan
mutlak (Δx) = hasilnya = 0,057 mm
Kesalahn
relatif 𝑥2
= Δx/ 𝑥2 hasilnya
= 0,0116 mm
Kesalahan
persen 𝑥2 = (Δx/𝑥2)
x 100% hasilnya
= 1,16%
Kesalahn
ketelitian 𝑥2 = (1 - Δx/𝑥2)
x 100% hasilnya
= 98,84%
Ulangan 3
Kesalahan
mutlak (Δx) = hasilnya = 0,024 mm
Kesalahn
relatif 𝑥3
= Δx/ 𝑥3 hasilnya
= 0,00521 mm
Kesalahan
persen 𝑥3 = (Δx/𝑥3)
x 100% hasilnya
= 0,52%
Kesalahn
ketelitian 𝑥3 = (1 - Δx/𝑥3)
x 100% hasilnya
= 99,47%
Hasil pengukuran xx + Δx
= 4,7 mm + 0,024mm = 4,724 mm.
3.
Pengukuran
menggunakan gelas ukur (nst = 5 ml)
1. Pengukuran
volume kaleng menggunakan gelas ukur
Ulangan 1 = 198 ml
Ulangan 2 = 196 ml
Ulangan 3 = 205 ml
2. Pengukuran
volume kaleng menggunakan jangka sorong
Dik : Diameter alas (D)
= 5,24 cm
Jari-jari alas (r)
= ½ (diameter alas) = ½ (5,24) = 2,62 cm
Tinggi silinder (t) = 9,61 cm.
Dit : Volume……………?
Jawab
Volume silinder =
Volume = 3,14 x (2,62)2
x 9.61
Volume = 3,14 x 6,86 x
9,61
Volume = 207,13 ml.
C.
pembahasan
setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang
berbeda-beda, tergantung kepada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian
alat ukur, metode yang digunakan dalam mengukur, dan kemampuan orang yang
mengukurnya. Pada saat melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong, baik
pengukuran diameter luar maupun diameter dalam, terdapat kesalahan-kesalahan
tertentu yang dilakukan oleh praktikum. Misalnya, kesalahan dalam melihat angka
yang berimpit pada skala nonius. Pada pengukuran diameter dalam pipa tepatnya
saat ulangan kedua, terdapat beberapa angka pada sekala nonius, pada angka 4, 8,
6, dan 9. Ini menunjukkan bahwa kemampuan baca sekala yang dimiliki oleh
praktikan masih kurang. Ini mungkin disebabkan kesalahan paralaks oleh
praktikan sehingga tidak dapat melihat skala yang benar-benar berimpit.
Kesalahan lainnya juga masih ada, seperti kesalahan praktikan yang tidak
mengkonversikan satuan skala nonius dari millimeter ke centimeter.
Kesalahan dalam menggunakan mistar besi adalah keterbatasan
keterampilan pengamatan oleh praktikan serta ditak menggunkan titik ukur dari
nol. Praktikan yang menghitung diameter dalam pipa dari angka nol mendapati
hasil yang sama, yaitu pada ulangan 1 dan ulangan 3. Dengan skala yang
menunjukan pada angka 28. Sedangkan praktikan yang lain tidak menghitung dari
angka nol dan mendaptkan hasil pengukuran 28 cm. ini menunjukkan bahwa dalam
pengukuran ini terdapat kesalahan paralaks dan kesalahan penempatan angka nol.
Terdapat beberapa millimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan mistar dan
jangka sorong, disebabkan tingkat ketelitian atau ketidak pastiannya
berbeda-beda. Jangka sorong memiliki tingkat ketelitian 0,005 cm, sedangkan
mistar memilikitingkat ketelitian 0,05 cm. jadi, jangka sorong memiliki tingkat
ketepatan lebih tinggi dibandingkan mistar.
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai
berat, tetapi dalam tinjauan fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak
di pengaruhi gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari
neraca elektrik maupun bukan elektrik secara umum adalah sebagai alat pengukur
massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari neraca tersebut missal neraca
/timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang dilaboratorium tentu
sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda. Secara umum proses menimbang
dengan neraca elektronik/digital adalah pastikan bahwa timbangan sudah menyala,
pastikan timbangan menunjukkan angka “nol” (jika tidak perlu dikoreksi),
letakkan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda, baca skala
yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan tersebut, untuk
pengukuran sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit, karena hanya dapat
bekerja pada batas temperature yang di tetpkan, dan Nst dari neraca adalah 0,01
gram.
Alat ukur waktu yang sering digunakan dalam percobaan
fisika adalah stopwatch. Dengan stopwatch digital, praktikum langsung dapat
membaca selang waktu yang diukur pada layar stopwatch. Pda saat membandingkan
hasil pengukuran dari stopwatch dengan jam tangan, terdapat beberapa sekon
perbedaan keduaanya. Tingkat ketidakpastiaan stopwatch lebih rendah
dibandingkan jam tangan, dimana stopwatch memiliki skala ketidakpastiaan 0,05
sekon. Jadi, pengukuran dengan menggunkn stopwatch dapat memperkecil tingkat
kesalahan dalam pengukuran waktu.
Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan. Gelas
ukur digunanakan untuk volume dari 10 hingga 2000 ml.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengukur
dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu
permasalahan secara kuantitatif.
2. Pengukuran
harus dilakukan dengan kecermatan yang tinggi dan dilakukan dengan alat yang
sesuai agar hasil pengukuran meminimalisirkan kesalahan.
3. Hasil
Pengukuran harus dituangkan dalam bentuk tabel dengan baik agar tidak perlu
dilakukan pengukuran ulang yang mengaibatkan lamanya proses perhitungan data
kembali.
4. Percobaan
pada (Jangka sorong) diameter dalam pipa, Kesalahan mutlaknya X1 1,10mm.
Namun pada kesalahan relatif X1 adalah 0,017mm, kesalahan persen X1
adalah 1,7%, dan kesalahan ketelitiannya X1 adalah 98,3%.
5. Percobaan
pada (Mistar besi) diameter dalam pipa,kesalahan mutlak X1 0,024mm,
kesalahan relatifnya X1 adalah 0,00521mm, kesalahan persennya X1
adalah 0,520% dan kesalahan ketelitiannya 99,47%.
B. Saran
1. Asisten
sudikiranya lebih detail lagi menjelaskan tentang alat-alat yang digunakan
untuk kegiatan praktikum.
2. Semoga
kedepannya praktikum lebih memperhatikan asisten yang lagi menerangkan.
3. Semoga
kedepannya praktikum dilakukan dilaboratorium sendiri yaitu dilaboratorium
fisika.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurachmandani,
Setya, Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X,
Jakarta 2009, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Buku
Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus