MANFAAT SUSU MURNI BAGI TUBUH
Susu yang satu ini
memang sangat terkenal sebagai susu yang layak konsumsi. Kandungan proteinnya
juga dua kali lebih banyak dibandingkan susu jenis lain. Meskipun telah
dikembangkan menjadi susu sapi rendah lemak ataupun non lemak, kandungan
nutrisi dalam susu sapi tetaplah sama. Bagi penderita laktosa intoleran, susu
sapi dapat menimbulkan perut kembung, diare atau rasa tidak nyaman dalam perut.
Manfaat
Susu Sapi Murni Bagi Tubuh
SAPI perah merupakan
ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan ternak perah lainnya.
Sapi perah sangat efisien dalam mengubah makanan ternak berupa konsentrat dan
hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Di negara-negara
maju, sapi perah dipelihara dalam populasi yang tertinggi, karena merupakan
salah satu sumber kekuatan ekonomi bangsa. Sapi perah menghasilkan susu dengan
keseimbangan nutrisi sempurna yang tidak dapat digantikan bahan makanan lain.
Setiap 100 gram susu
terkandung panas sebesar 70.5 kilokalori, protein sebanyak 3.4 gram, lemak 3.7
gram, mengandung kalsium sebesar 125 miligram, sementara prosentase penyerapan
dalam tubuh sebesar 98% - 100%.
Didalam susu terkandung
vitamin B2 dan vitamin A, selain protein juga terdapat macam-macam asam amino
yang penting untuk pertumbuhan tubuh. Sekarang, susu sapi dijuluki sebagai
bahan makanan dengan kandungan vitamin lengkap, juga sebagai “darah putih” yang
membantu kesehatan tubuh manusia.
Orang-orang yang
mengonsumsi segelas susu setiap harinya minimal mendapat 11 macam manfaat dari
susu :
1.
Susu mengandung potassium, yang dapat
menggerakan dinding pembuluh darah pada saat tekanan darah tinggi untuk
menjaganya agar tetap stabil, mengurangi bahaya akibat apopleksi, juga dapat
mencegah penyakit darah tinggi dan penyakit jantung.
2.
Dapat menetralisir racun seperti logam,
timah dan cadmium dari bahan makanan lain yang diserap oleh tubuh.
3.
ASI (Air Susu Ibu) dan kandungan lemak
di dalamnya dapat memperkuat daya tahan fungsi syaraf, mencegah pertumbuhan
tumor pada sel tubuh.
4.
Kandungan tyrosine dalam susu dapat
mendorong hormon kegembiraan—unsur serum dalam darah tumbuh dalam skala besar.
5.
Kandungan yodium, seng dan leticin dapat
meningkatkan secara drastis efesiensi kerja otak besar.
6.
Zat besi, tembaga dan vitamin A dalam
susu mempunyai fungsi terhadap kecantikan, yaitu dapat mempertahankan kulit
agar tetap bersinar.
7.
Kalsium susu dapat menambah kekuatan
tulang, mencegah penyusutan tulang, osteoporosis dan patah tulang.
8.
Kandungan magnesium dalam susu dapat
membuat jantung dan sistem syaraf tahan terhadap kelelahan.
9.
Kandungan Seng pada susu sapi dapat
menyembuhkan luka dengan cepat.
10.
Kandungan vitamin B2 di dalam susu sapi dapat
meningkatkan ketajaman penglihatan.
11.
Minum susu sebelum tidur dapat membantu
tidur.
Dalam SK Dirjen
Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan definisi susu adalah susu sapi yang
meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu sterilisasi. Susu
segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan. Susu murni
adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat. Susu murni diperoleh dengan
cara pemerahan yang benar, tanpa mengurangi atau menambah sesuatu komponen atau
bahan lain. Secara biologis, susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing
sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi
mamalia.
Sejarah manusia
mengonsumsi susu sapi telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, ketika
manusia mulai mendomestikasi ternak penghasil susu untuk dikonsumsi hasilnya.
Daerah yang memiliki peradaban tinggi seperti Mesopotamia, Mesir, India, dan
Yunani diduga sebagai daerah asal manusia pertama kali memelihara sapi perah.
Hal tersebut
ditunjukkan dari berbagai bukti berupa sisa-sisa pahatan gambar sapi dan adanya
kepercayaan masyarakat setempat yang menganggap sapi sebagai ternak suci. Pada
saat itu pula susu telah diolah menjadi berbagai produk seperti mentega dan
keju. Ketersediaan susu di zaman modern ini merupakan hasil perpaduan antara
pengetahuan tentang susu yang telah berusia ribuan tahun dengan aplikasi
teknologi dan ilmu pengetahuan modern.
Prof. Douglas Goff,
seorang dairy scientist dari University of Guelph, Kanada menyatakan, komposisi
susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa
lemak (solids nonfat). Kemudian, bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi
protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat),
enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan
vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah
dari masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi
berbagai faktor seperti faktor bangsa (breed) dari sapi. Susu merupakan bahan
pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein
susu), dan laktosa (karbohidrat susu).
Lemak
Susu
Persentase lemak susu
bervariasi antara 2,4% – 5,5%. Lemak susu terdiri atas trigliserida yang
tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid)
melalui ikatan-ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu berasal dari
aktivitas mikrobiologi dalam rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis
dalam sel sekretori. Asam lemak disusun rantai hidrokarbon dan golongan
karboksil (carboxyl group). Salah satu contoh dari asam lemak susu adalah asam
butirat (butyric acid) berbentuk asam lemak rantai pendek (short chain fatty
acid) yang akan menyebabkan aroma tengik (rancid flavour) pada susu ketika asam
butirat ini dipisahkan dari gliserol dengan enzim lipase.
Lemak susu dikeluarkan
dari sel epitel ambing dalam bentuk butiran lemak (fat globule) yang
diameternya bervariasi antara 0,1 – 15 mikron. Butiran lemak tersusun atas
butiran trigliserida yang dikelilingi membran tipis yang dikenal dengan Fat
Globule Membran (FGM) atau membran butiran lemak susu. Komponen utama dalam FGM
adalah protein dan fosfolipid (phospholipid). FGM salah satunya berfungsi sebagai
stabilisator butiran-butiran lemak susu dalam emulsi dengan kondisi encer
(aqueous) dari susu, karena susu sapi mengandung air sekira 87%.
Lemak susu mengandung
beberapa komponen bioaktif yang sanggup mencegah kanker (anticancer potential),
termasuk asam linoleat konjugasi (conjugated linoleic acid), sphingomyelin,
asam butirat, lipid eter (ether lipids), b-karoten, vitamin A, dan vitamin D.
Meskipun susu mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acids) dan trans
fatty acids yang dihubungkan dengan atherosklerosis dan penyakit jantung, namun
susu juga mengandung asam oleat (oleic acid) yang memiliki korelasi negatif
dengan penyakit tersebut. Lemak susu mengandung asam lemak esensial, asam
linoleat (linoleic acid) dan linolenat (linolenic acid) yang memiliki
bermacam-macam fungsi dalam metabolisme dan mengontrol berbagai proses
fisiologis dan biokimia pada manusia (D. Mc Donagh dkk., 1999).
Protein
Susu
Protein dalam susu
mencapai 3,25%. Struktur primer protein terdiri atas rantai polipeptida dari
asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptide linkages).
Beberapa protein spesifik menyusun protein susu. Kasein merupakan komponen
protein yang terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar kasein
pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti
alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu
komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa.
Kasein penting
dikonsumsi karena mengandung komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Dalam
kondisi asam (pH rendah), kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan
(solubility) rendah pada kondisi asam. Susu adalah bahan makanan penting,
karena mengandung kasein yang merupakan protein berkualitas juga mudah dicerna
(digestible) saluran pencernaan.
Kasein asam (acid
casein) sangat ideal digunakan untuk kepentingan medis, nutrisi, dan
produk-produk farmasi. Selain sebagai makanan, acid casein digunakan pula dalam
industri pelapisan kertas (paper coating), cat, pabrik tekstil, perekat, dan
kosmetik.
Pemanasan, pemberian
enzim proteolitik (rennin), dan pengasaman dapat memisahkan kasein dengan whey
protein. Selain itu, sentrifugasi pada susu dapat pula digunakan untuk
memisahkan kasein. Setelah kasein dikeluarkan, maka protein lain yang tersisa
dalam susu disebut whey protein.
Whey protein merupakan
protein butiran (globular). Betha-lactoglobulin, alpha-lactalbumin,
Immunoglobulin (Ig), dan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah contoh dari whey
protein. Alpha-lactalbumin merupakan protein penting dalam sintesis laktosa dan
keberadaannya juga merupakan pokok dalam sintesis susu.
Dalam whey protein
terkandung pula beberapa enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan (growth
factor), dan pembawa zat gizi (nutrient transporter). Sebagian besar whey
protein kurang tercerna dalam usus. Ketika whey protein tidak tercerna secara
lengkap dalam usus, maka beberapa protein utuh dapat menstimulasi reaksi
kekebalan sistemik. Peristiwa ini dikenal dengan alergi protein susu (milk
protein allergy).
Karbohidrat
Susu
Karbohirat merupakan
zat organik yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat dapat
dikelompokan berdasarkan jumlah molekul gula-gula sederhana (simple sugars)
dalam karbohidrat tersebut. Monosakarida, disakarida, dan polisakarida
merupakan beberapa kelompok karbohidrat. Laktosa adalah karbohidrat utama susu
dengan proporsi 4,6% dari total susu. Laktosa tergolong dalam disakarida yang
disusun dua monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Rasa manis laktosa tidak
semanis disakarida lainnya, semacam sukrosa. Rasa manis laktosa hanya seperenam
kali rasa manis sukrosa.
Laktosa dapat
memengaruhi tekanan osmosa susu, titik beku, dan titik didih. Keberadaan laktosa
dalam susu merupakan salah satu keunikan dari susu itu sendiri, karena laktosa
tidak terdapat di alam kecuali sebagai produk dari kelenjar susu. Laktosa
merupakan zat makanan yang menyediakan energi bagi tubuh. Namun, laktosa ini
harus dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim bernama laktase agar
dapat diserap usus.
Enzim laktase merupakan
enzim usus yang digunakan untuk menyerap dan mencerna laktosa dalam susu. Enzim
adalah suatu zat yang bekerja sebagai katalis untuk melakukan perubahan kimiawi,
tanpa diikuti perubahan enzim itu sendiri. Jika kekurangan enzim laktase dalam
tubuhnya, manusia akan mengalami gangguan pencernaan pada saat mengonsumsi
susu. Laktosa yang tidak tercerna akan terakumulasi dalam usus besar dan akan
memengaruhi keseimbangan osmotis di dalamnya, sehingga air dapat memasuki usus.
Peristiwa tersebut lazim dinamakan intoleransi laktosa.
Pada saat bayi, manusia
memproduksi sejumlah banyak enzim laktase untuk mencerna susu. Namun, enzim
laktase ini biasanya berkurang pada saat dewasa yang pada akhirnya menyebabkan
manusia tersebut tidak mampu mencerna laktosa. Kejadian ini biasanya terjadi
pada seseorang yang tidak terbiasa mengonsumsi susu segar sebagai bagian dari
menu makanan sehari-hari. Akibatnya pada saat dewasa tidak memiliki kekebalan
terhadap laktosa, sehingga orang tersebut akan takut mengonsumsi susu segar.
Hal tersebut dapat diatasi dengan cara mengubah susu menjadi produk lain
seperti yoghurt. Pada yoghurt, laktosa dipecah menjadi lebih sederhana dengan
bantuan bakteri. Intoleransi laktosa disebabkan pula pengaruh genetik
Komentar
Posting Komentar